Kesadaran
masyarakat tentang pentingnya pohon untuk keseimbangan alam dan kelangsungan
hidup dimulai pada awal tahun 2000-an. Sejak saat itu banyak gerakan penanaman
pohon digalakkan, misalnya Aksi Penanaman Serentak Indonesia (tahun 2007 dan
2008), Gerakan Perempuan Tanam dan Pelihara Pohon (tahun 2007), Pencanangan
Hari Menanam Pohon Indonesia dan Bulan Menanam Nasional (tahun 2008), Satu
Orang Satu Pohon (One Man One Tree – tahun 2009), Penanaman 1 Miliar Pohon (tahun
2010), dan gerakan-gerakan penanaman pohon lainya yang sampai sekarang tetap
dikampanyekan sebagai bentuk rasa cinta terhadap alam.
Seringkali
aksi-aksi penanam pohon ini dilaksanakan untuk memperingati hari jadi suatu
organisasi, memperingati hari lingkungan hidup, hari bumi, atau bahkan untuk
memecahkan rekor. Apakah dengan gerakan-gerakan tersebut bisa benar-benar
menyampaikan esensi dari pentingnya pohon sebagai pion untuk memerangi
kerusakan alam?
Potensi
penyimpanan oksigen terbesar pada bagian pohon pada batang ( 73,46% ), cabang(
16,14 % ), kulit ( 6,99 % ), daun ( 3,17 % ) dan bunga-buah ( 0,24 % ), debit air andalan oleh 1 pohon pada
musim kemarau sebesar 1,82 liter/detik pada musim penghujan 29,82 – 67,55
liter/detik, bayangkan jika ada ribuan pohon yang ditanam, manusia tidak akan
kekurangan oksigen dan air bersih untuk masa depan. Ini yang menjadi dasar
gerakan penanaman pohon, bahwa pada esensinya menanam pohon adalah upaya
menjaga lingkungan untuk masa depan.
Gerakan
penanaman pohon adalah partisipasi yang didorong oleh kesadaran, kemauan dan
tanggung jawab terhadap kelestarian lingkungan. Program gerakan penanaman pohon
terus digalakkan untuk memberikan kontribusi nyata dan bentuk kepedulian terhadap
perbaikan lingkungan global. Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) mencatat, kini
hanya 32 juta hektare (ha) hutan berada dalam kondisi baik dari total 109 juta
ha kawasan hutan Indonesia. Sisanya, 77 juta ha tengah dalam kondisi kritis
yang jelas akan mengancam lingkungan dan ketersediaan air. Kerusakan hutan
terus terjadi dengan berkembangan pembangunan seringkali kerusakan banyak
dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, konfersi hutan menjadi
lahan terbuka baik dengan cara penebangan atau pembakaran hutan jelas sangat
memicu berbagai masalah alam, atau konfersi hutan menjadi perkebunan yang
notabene juga ditanami suatu jenis pohon, missal kelapa sawit juga memicu
gangguan terhadap lingkungan misalnya kekeringan dan kebanjiran yang akhirnya
juga harus dihadapi oleh manusia. Belum lagi masalah polusi oleh kendaraan atau
industri yang semakin hari semakin meningkat dan memicu adanya efek rumah kaca
atau bahkan penipisan lapisan ozon.
Misalnya
pohon adalah pion, maka menjaga lingkungan hidup merupakan suatu strategi
memerangi kerusakan alam. Gerakan menanam pohon merupakan upaya memperkuat pertahanan,
sedangkan menjaga lingkungan hidup termasuk mengurangi emisi CO2 dan
gas-gas rumah kaca lainnya, mengurangi penggunaan plastik, mengelola sanitasi
yang baik, menggunakan produk yang aman terhadap lingkungan, merupakan upaya
lain untuk melaksakan strategi memerangi kerusakan lingkungan. Dengan gerakan
menanam pohon yang terus digelorakan dan dilakukan secara kontinyu, diharapkan
bisa memperbaiki pola pikir masyarakat tentang lingkungan. Semangat menanam
pohon juga harus diimbangi dengan upaya pemeliharaan pohon, upaya menjaga hutan
dari penebangan liar, serta upaya-upaya menjaga lingkungan lainnya, sehingga
bisa menjaga kelestarian alam untuk saat ini dan di masa yang akan datang.
Sumber
http://www.dephut.go.id/ dan berbagai sumber lainnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar