Jumat, 28 September 2012

Gerakan Penanaman Pohon, Perlukah?




Kesadaran masyarakat tentang pentingnya pohon untuk keseimbangan alam dan kelangsungan hidup dimulai pada awal tahun 2000-an. Sejak saat itu banyak gerakan penanaman pohon digalakkan, misalnya Aksi Penanaman Serentak Indonesia (tahun 2007 dan 2008), Gerakan Perempuan Tanam dan Pelihara Pohon (tahun 2007), Pencanangan Hari Menanam Pohon Indonesia dan Bulan Menanam Nasional (tahun 2008), Satu Orang Satu Pohon (One Man One Tree – tahun 2009), Penanaman 1 Miliar Pohon (tahun 2010), dan gerakan-gerakan penanaman pohon lainya yang sampai sekarang tetap dikampanyekan sebagai bentuk rasa cinta terhadap alam.
Seringkali aksi-aksi penanam pohon ini dilaksanakan untuk memperingati hari jadi suatu organisasi, memperingati hari lingkungan hidup, hari bumi, atau bahkan untuk memecahkan rekor. Apakah dengan gerakan-gerakan tersebut bisa benar-benar menyampaikan esensi dari pentingnya pohon sebagai pion untuk memerangi kerusakan alam?
Potensi penyimpanan oksigen terbesar pada bagian pohon pada batang ( 73,46% ), cabang( 16,14 % ), kulit ( 6,99 % ), daun ( 3,17 % ) dan bunga-buah  ( 0,24 % ), debit air andalan oleh 1 pohon pada musim kemarau sebesar 1,82 liter/detik pada musim penghujan 29,82 – 67,55 liter/detik, bayangkan jika ada ribuan pohon yang ditanam, manusia tidak akan kekurangan oksigen dan air bersih untuk masa depan. Ini yang menjadi dasar gerakan penanaman pohon, bahwa pada esensinya menanam pohon adalah upaya menjaga lingkungan untuk masa depan.
Gerakan penanaman pohon adalah partisipasi yang didorong oleh kesadaran, kemauan dan tanggung jawab terhadap kelestarian lingkungan. Program gerakan penanaman pohon terus digalakkan untuk memberikan kontribusi nyata dan bentuk kepedulian terhadap perbaikan lingkungan global. Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) mencatat, kini hanya 32 juta hektare (ha) hutan berada dalam kondisi baik dari total 109 juta ha kawasan hutan Indonesia. Sisanya, 77 juta ha tengah dalam kondisi kritis yang jelas akan mengancam lingkungan dan ketersediaan air. Kerusakan hutan terus terjadi dengan berkembangan pembangunan seringkali kerusakan banyak dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, konfersi hutan menjadi lahan terbuka baik dengan cara penebangan atau pembakaran hutan jelas sangat memicu berbagai masalah alam, atau konfersi hutan menjadi perkebunan yang notabene juga ditanami suatu jenis pohon, missal kelapa sawit juga memicu gangguan terhadap lingkungan misalnya kekeringan dan kebanjiran yang akhirnya juga harus dihadapi oleh manusia. Belum lagi masalah polusi oleh kendaraan atau industri yang semakin hari semakin meningkat dan memicu adanya efek rumah kaca atau bahkan penipisan lapisan ozon.
Misalnya pohon adalah pion, maka menjaga lingkungan hidup merupakan suatu strategi memerangi kerusakan alam. Gerakan menanam pohon merupakan upaya memperkuat pertahanan, sedangkan menjaga lingkungan hidup termasuk mengurangi emisi CO2 dan gas-gas rumah kaca lainnya, mengurangi penggunaan plastik, mengelola sanitasi yang baik, menggunakan produk yang aman terhadap lingkungan, merupakan upaya lain untuk melaksakan strategi memerangi kerusakan lingkungan. Dengan gerakan menanam pohon yang terus digelorakan dan dilakukan secara kontinyu, diharapkan bisa memperbaiki pola pikir masyarakat tentang lingkungan. Semangat menanam pohon juga harus diimbangi dengan upaya pemeliharaan pohon, upaya menjaga hutan dari penebangan liar, serta upaya-upaya menjaga lingkungan lainnya, sehingga bisa menjaga kelestarian alam untuk saat ini dan di masa yang akan datang.
Sumber http://www.dephut.go.id/ dan berbagai sumber lainnya


Tidak ada komentar:

Posting Komentar